KENDALA SISWA TERHADAP AKSES BELAJAR DARING DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Post Series: Artikel Edukasi

Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang dalam memahami serta menginterpretasikan suatu pembelajaran agar lebih membangun potensi serta tindak perilaku. Dalam hal ini, proses mendidik dan dididik merupakan perbuatan fundamental yang dilaksanakan oleh guru dan siswa. Pendidik (guru) berperan sebagai seseorang yang bukan hanya mentransfer atau memindahkan suatu informasi (ilmu pengetahuan). Akan tetapi, pendidik memiliki tugas dalam mengembangkan potensi serta membentuk sikap dan perilaku peserta didik yang mencakup moral, pengetahuan, keterampilan dan lain sebagainya. Sedangkan orang yang mendapatkan didikan (siswa) memiliki peran dalam memahami serta mengimplemantasikan apa yang diperoleh dari proses didikan tersebut ke dalam kehidupan dan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, pendidikan adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan suatu potensi yang dimiliki.

Salah satunya adalah proses pendidikan pemanusiaan manusia muda melalui homunisasi dan humanisasi. Seorang pelajar bisa bergerak, berdiri,bersikap dan bertingkah laku sebagai manusia seutuhnya dalam berpendidikan. Manusia harus selalu siap dalam meningkatkan pengetahuan meskipun banyak kendala yang harus mereka lalui. Seperti sekarang, proses pendidikan dilakukan secara daring karena disebabkan adanya pandemik covid 19 yang menyebabkan seluruh mahasiswa harus melakukan proses pembelajaran secara online. Sebagai proses pendidikan pemanusiaan manusia muda melalui homunisasi dan humanisasi kita harus tetap melakukan pendidikan sebagaimana pendidikan adalah kebutuhan kita dan suatu kewajiban yang harus kita jalankan meskipun banyak kendala seperti kurangnya jaringan dan lain sebagainya. Sekarang ini kita sebagai manusia berpendidikan tidak boleh putus asa dan tetap dituntut untuk selalu belajar meskipun pembelajaran dilakukan secara daring.

Oleh karena itu, pendidikan dan pengajaran merupakan dua hal penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Jika dilihat sekilas, keduanya nampak sama. Padahal pendidikan dan pengajaran memiliki perbedaan dan pengertiannya masing-masing. Pengajaran, yang dalam bahasa Arab merupakan ta’lim khusus yang ditujukan pada akal manusia. Karena itu, mudah dan lurus ke depan. Sedangkan pendidikan (tarbiah) merupakan pembinaan manusia yang tidak saja melibatkan masalah fisik dan mental tetapi juga hati dan nafsu. Karena sesungguhnya yang di didik adalah hati dan nafsu. Karena itu pendidikan lebih rumit dan susah. Oleh karena itu, kedua hal tersebut harus betul-betul dipahami sebagai acuan untuk membimbing generasi muda ke depannya. Baik Pendidikan maupun pengajaran memiliki peran yang penting dalam proses pembinaan dan pembentukan karakter pribadi, diantaranya taat kepada Tuhan dan menghormati sesama manusia. Pengajaran adalah proses belajar atau proses menuntut ilmu. Dalam dunia pendidikan, pengajaran bisa dilakukan oleh dosen, guru, atau ustadz yang sedang melakukan proses belajar mengajar atau menyampaikan ilmu kepada murid. Hasilnya murid menjadi pandai, berilmu , dan memiliki pengetahuan. Sedangkan pendidikan adalah proses mendidik dengan menerapkan nilai-nilai tertentu sesuai tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Seperti di dalam pendidikan terdapat proses pemahaman, penghayatan, penjiwaan, dan pengamalan. Ilmu yang telah diperoleh dari hasil belajar dapat dihayati hingga tertanam dalam hati dan tentu saja diharapkan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain pendidikan menyangkut tentang akhlak dan budi pekerti.

Dalam pendidikan ada dikenal sistem paradigma lama dan paradigma baru, paradigma pendidikan adalah salah satu cara memandang dan memahami mengenai masalah-masalah pendidikan dan mengatasi masalah tersebut. Paradigma lama berubah menjadi paradigma baru sesuai dengan perkembangan zaman. Peran guru berkembang dari paradigma lama ke paradigma baru, paradigma lama guru hanya mentransfer pengetahuan saja, sedangkan diparadigma baru selain sebagai transmiter guru sebagai fasiliator, motivator, mediator, dll. Jadi sistem paradigma baru ini lebih berkembang yang awalnya hanya fokus di kelas saat ini fokus ke masyarakat. Dalam paradigma lama guru mengajar sebagai sumber pengetahuan, komunikasi yang interaksi, dan mekanistik. Sedangkan dalam paradigma baru guru sebagai panutan dan konsultan, komunikasi yang transaksional dan lebih bervariatif. Dalam perilaku pebelajar serta evaluasi di paradigma lama dan baru itu berbeda. Tujuan dari paradigma baru yaitu untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas dari tujuan ini maka harus diubah sistem pendidikannya. Sedangkan dalam paradigma lama yang sejak tahun 1950 an pendidikannya tidak memuaskan sebab peran guru hanya mengajar. Oleh karena itu paradigma lama disebut juga paradigma tradisional artinya “Guru mengajar”. Muncullah paradigma baru atau disebut paradigma modern untuk membangkitkan siswa belajar. Ini salah satu cara pandang dalam menyelesaikan problem dalam pendidikan.

Saat ini ada beberapa kendala yang dialami siswa dalam belajar di masa pandemi Covid-19, kendalanya seperti akses jaringan dan kouta yang kurang mendukung, malasnya siswa dalam belajar dirumah selama beberapa bulan yang membuat mereka bosan dan kurang perhatian terhadap belajar. Kendala yang seperti ini tentunya menjadi tanggung jawab besar bagi seorang guru atau kemendikbud yang mengatur pendidikan dalam masa pandemi ini. Tentunya kita dapat melihat solusi dan cara mengatasi Kemendikbud dalam kendala belajar siswa seperti disalurkannya kouta dengan provider telkomsel yang akses jaringannya sangat memadai di kondisi atau situasi letak geografis mana pun itu. serta mulailah ada kegiatan guru mendatangi siswanya di rumah (luring) dalam hal ini mengontrol siswanya belajar di rumah, ini salah satu bentuk perhatian guru dalam menghadapi pandemi ini. Dalam paradigma baru itu harus guru sebagai fasiliator kepada siswanya. Paradigma baru tetap dilaksanakan meski kurang efektif karena masa pandemi yang melanda, tetapi bukan berarti harus diberhentikan sistem pendidikan ini dalam paradigma baru (modern). Kendala akses belajarnya siswa merupakan solusi yaitu diberlakukannya paradigma baru. Paradigma baru ini menjadi solusi yang sangat relevan dengan kondisi saat ini. Paradigma baru dan lama dalam pandemi Covid-19 tetap diselaraskan dimana peran guru untuk siswa itu harus diperhatikan, karena ketika siswa belajar dari rumah maka siswa tidak akan memperhatikan penuh pembelajaran itu. Dalam paradigma baru guru membantu siswa, memberikan penguatan, dll. Oleh karena itu, dalam mengatasi kendala seperti itu diharapkan guru memberikan variasi-variasi dalam proses pembelajaran meski pun itu belajar online (daring).

Meskipun keadaan pembelajaran yang dilakukan sekarang tidak seperti sebelumnya akan tetapi hal ini tidak boleh mempengaruhi hasil belajar para peserta didik. Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan perubahan pada diri pebelajar baik itu perilakunya, pengetahuannya, keterampilan dan pengalamannya. Dapat dikatakan hasil belajar jika sudah ada perubahan yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Jika tujuan pembelajaran itu sudah tercapai maka itu dikatakan hasil belajar.

Hasil belajar di sekolah itu sedikit berbeda dengan hasil belajar saat di rumah, sebab saat ini sudah beberapa bulan belajar di rumah akibat masa pandemi, banyak yang mengatakan pembelajaran saat di rumah itu kurang efektif. Seharusnya hanya 30 % pembelajaran lewat daring. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik guru harus memberikan solusi kepada siswanya yang mengalami kendala dalam belajar jarak jauh.
Seperti, mendatangi siswanya di rumah atau membuat jadwal per minggu yaitu 1 kali pertemuan di sekolah untuk mengontrol siswanya yang belajar dari rumah.
Setiap kendala tentunya ada solusi maka guru sebagai fasiliator, mediator, motivator harus mengetahui perannya meski proses pembelajaran bukan di sekolah.

Hasil belajar di sekolah ada 3 ranah yaitu Kognitif, Psikomotorik dan afektif:

  • Ranah Kognitif

Kognitif yaitu pengetahuan, ketika siswa mampu menjelaskan, mendeskripsikan, menguraikan, menganalisis, dll dalam indikator-indikator tujuan pembelajaran maka itu adalah hasil belajar dalam ranah kognitif. Jika dilihat dari pemahamannya, ketika siswa mampu memahami materi yang telah dipelajari.

  • Ranah Psikomotorik

Psikomotorik yaitu keterampilan, hasil belajar dari siswa adalah ketika ia mampu meniru, memanipulasi, pengalamiahan, artikulasi jadi ketika siswa mampu memproduksi atau menciptakan suatu hal maka itu disebut telah berhasil dalam belajar. Jadi psikomotorik ini penerapannya selalu berkaitan dengan anggota badan dan kompetensi yang dimiliki.

  • Ranah Afektif

Afektif yaitu sikap, perasaan, dan nilai, hasil belajar dalam ranah ini ketika siswa aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru, mengeluarkan pendapat (berpendapat).

Hasil belajar saat di Rumah ada 3 ranag yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif:

  • Ranah Kognitif

Sama halnya dengan saat belajar sekolah cuman pengaplikasiannya hanya berbeda suasana, sebab materi atau bahan ajar dari guru di kirim lewat daring diberbagai platform seperti WA, Google Classroom, dll. Jadi ketika siswa mampu menjelaskan materi yang sudah dipaparkan oleh gurunya lewat Voice note maka ia mampu menjelaskan kembali lewat Voice note atau video.

  • Ranah Psikomotorik

Sama halnya dengan saat belajar di sekolah, di rumah pun siswa mampu menangkap pembelajaran lewat daring dengan keterampilan jadi saat belajar di rumah juga ada indijator-indikator yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran daring. seperti mempresentasikan tugas kelompok dari hasil diskusi mereka.

  • Ranah Afektif

Saat belajar di rumah guru dapat melakukan penilaian terhadap siswa, ketika siswa mampu menjawab pertanyaan lewat platform yang disediakan, menanggapi, mengumpulkan tugas dengan batas waktu yang telah ditentukan, dan sebagainya. Jadi ada pula indikator-indikator untuk mencapai tujuan pembelajaran meski belajar di rumah.

Hasil belajar saat di rumah dan di sekolah yang diharapkan tetap sama yaitu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran baik secara langsung (tatap muka) atau pun tidak.

Referensi:

Alem Febri Sonni. 27 Oktober 2020. [Home/opini] Artikel Pendidikan, Kendala Siswa Terhadap Akses Daring di Tengah Covid-19. https://fixmakassar.pikiran-rakyat.com/opini/pr-57877397/artikel-pendidikan-kendala-siswa-terhadap-akses-belajar-daring-di-tengah-pandemi-covid-19

 

Thia Adhityanti, S.Pd

KU Unit Cimareme

Please wait...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *