Be Smarter and Creative Learner, Why Not?
Sebagaimana yang sudah menjadi trending issue, tuntutan kurikulum telah menjadikan pendidikan itu menjadi sesuatu yang katanya ‘membebani’ siswa. Tidak sedikit pula siswa yang beranggapan, mereka hanya menjadi kelinci percobaan dengan seringnya pemerintah mengganti (bahasa eufimis-nya: merevisi) kurikulum tanpa memperhatikan dilema dan kondisi psikologis siswa dan tentunya gurunya juga. Namun sebagai seorang siswa, tugas utama kita tetaplah belajar. Sulit tentunya belajar konsisten dan menyenangkan di tengah dinamika pendidikan kita yang cepat berubah dengan tuntutan kurikulum yang semakin tinggi pula (high demand curriculum). Siswa yang cerdas dan kreatif tentu tidak seharusnya pesimis. Mereka harus memiliki cara bagaimana mengatasai proses belajar yang sudah mencapai titik jenuh tersebut. Nih, kakak ulas lima hal yang mesti kalian ketahui agar menjadi pribadi yang lebih baik dan kreatif dalam belajar:
- Yakinlah jika setiap individu memiliki potensi
Yakinlah adik-adik, tidak ada yang bodoh di dunia ini. Yang ada adalah mereka malas dan tidak serius mengoptimalkan potensi dalam diri mereka. Kemampuan otak (brain capacity) seorang siswa dalam menerima dan mengolah materi umumnya dipengaruhi oleh motivasi dalam belajar, hanya sebagian kecil yang dipengaruhi faktor keturunan/genetik (genetic factor) dan faktor lingkungan (environmental factor). Setiap individu sudah dibekali dengan potensi kecerdasan yang berbeda-beda sejak dia terlahir. (Silakan baca artikel tentang 9 tipe kecerdasan dari Howard Gardner). Mungkin dari kita ada yang cerdas di bidang matematika, seni, bahasa, sosial, musik, bahkan ada yang cerdas di lebih dari satu bidang. Namun satu hal yang harus kita ketahui jika semakin tinggi level pendidikan kita (kuliah S-1, Magister/Master, atau Doktorat/Post-doktorat), maka kajian potensi kita akan semakin mengerucut ke satu bidang. Jika ada anak yang senang dan berbakat dalam hal-hal berbau sains (science-oriented), maka kemungkinan besar dia akan menjadi ilmuan/peneliti atau profesi lainnya yang relevan dari bakat awalnya tersebut. Nah, itulah gambaran awal tentang potensi kecerdasan atau keberminatan yang bisa kita optimalkan nantinya jika sudah masuk ke dunia profesi, tetap akan memiliki kecenderungan ke satu bidang (field tendency-oriented)
- Dengan memaksimalkan otak kanan, belajar itu menyenangkan
Ketika belajar sudah dipersepsikan positif, materi pelajaran apa pun akan terasa mudah dan menyenangkan. Jangan terlalu under pressure ketika kita sedang mencoba memahami suatu materi. Contohnya ketika siswa disuruh menghapalkan daftar kata kerja dalam materi Bahasa Inggris (gerund), yakni deny, finish, avoid, quit, mind, enjoy, risk, keep, consider, postpone, excuse, understand, suggest, practice, dengan sentuhan kreativitas mereka bisa merangkainya dengan metode jembatan keledai unik berikut ini: DeFinAQu MindER KeCoPETan SuPra. Teknik berpikir kreatif dengan sedikit sentuhan lettering style method (menghuruftipis-tebalkan/mengkapital-nonkapitalkan tulisan) untuk memanjakan sapuan visual kita seperti ini tentunya bukan hal yang sulit, kita bisa belajar menyabungkan huruf awal/suku kata menjadi asosiasi kata yang mudah diingat. Memaksimalkan kinerja otak kanan (right brain optimizing) adalah cara yang jitu untuk menjadikan belajarmu menyenangkan. Silakan dilatih, pasti bisa!
- Relevansikanlah belajar dengan lingkungan/rutinitas kamu
Mungkin kita belum menyadari jika lingkungan sekitar kita bisa membantu proses belajar. Ketahuilah bahwa untuk memaksimalkan belajarmu, kita membutuhkan rutinitas dan lingkungan sekitar sebagai media untuk memaksimalkan beberapa proses kognitif dalam otak kita, misalnya, mengingat materi (remembering), memahami (understanding), dan bahkan menerapkan (applying). (Bacalah artikel dimensi proses kognitif Anderson & Krathwohl, 2001). Contohnya dari seorang anak yang melempar batu tiga kali ke tengah kolam untuk mengaplikasikan teori-teori dalam fisika, ada tiga proses kognitif sekaligus yang sudah dia lakukan, yaitu mengingat dan memahami materi tentang usaha dan gelombang longitudinal yang sudah ia pelajari serta menerapkan/membuktikan bagaimana jarak lempar dengan angle 45° akan menghasilakan lemparan terjauh. Tentunya hal yang diperlukan agar rutinitas kita dianggap menjadi bagian proses belajar aplikatif untuk semua materi adalah sikap sadar teori belajar (theory relevance awarness) dan sikap ingin tahu/membuktikan (effort to know how/why).
- Gunakan kata-kata teknis/ilmiah untuk meningkatkan kepercayaan diri
Belajar nyatanya tidak hanya sebatas belajar pasif dalam ranah individu, tetapi kita belajar aktif dalam lingkungan/komunitas. Sikap interaksi yang baik dan ilmiah diperlukan agar orang mendengarkan kita, menghargai keilmuan kita, sehingga kita bisa berargumentasi dan ‘diakui’ oleh orang banyak (sebagaimana kurikulum terbaru yang menuntut siswa agar lebih proaktif secara verbal dalam forum diskusi, debat, dan lain-lain sebagai bagian penilaian kapabilitas individu/kecakapan berbicara). Dengan dihargainya/didengarkannya kita, tentunya akan ada motivasi tersendiri bagi kita untuk belajar menjadi lebih baik lagi dan itu akan menjadi sebuah tuntutan positif untuk selalu be better or be the best. Tips dari kakak, cobalah gunakan (kata-kata ilmiah/teknis) ketika kalian berbicara di forum diskusi/debat atau ketika menjawab pertanyaan dari guru/teman. Misalkan ada seseorang yang beragumentasi dengan kalimat seperti ini, “Saya menduga kalau kemampuan anak tersebut dalam mengolah kata-kata masih terbatas” Bandingkan dengan kalimat berikut, “Saya asusmsikan jika kemampuan anak tersebut dalam mengolah kosakata masih tampak restriktif.” Pastikan jika kedua kalimat tersebut bermakna sama, namun kalimat kedua tampak lebih keren dan ilmiah kan? Jika kita menjadi bagian dari penyimak dalam forum tersebut, tentunya kita akan lebih mengakui argumentasi kedua meskipun secara konten sama namun dari grade/kualitas penyampaiannya argumentasi yang kedua tampak lebih baik. Secara otomatis, kualitas/nilai individu kita juga akan dipersepsikan lebih baik. Carilah di google daftar kata-kata ilmiah dan gunakanlah dalam tulisan-tulisan kita atau dalam forum formal lainnya seperti diskusi/debat untuk meningkatkan kepercayaan diri kita.
- Ketahuilah, setiap individu adalah pemenang
Ketahuilah jika kita terlahir dari gen pemenang dan hal ini bisa dibuktikan dengan sangat ilmiah. Dalam proses ovulasi yang dilakukan orang tua kita, kita terlahir dari satu sel sperma yang berhasil memenangkan kompetisi yang sangat berat untuk mencapai sel telur dan akhirnya bersama-sama melakukan pembuahan. Satu sel sperma pemenang yang akhirnya tumbuh menjadi ‘kita’ itu nyatanya telah berlomba dengan jutaan sel sperma sehat dan kuat lainnya untuk menempuh perjalanan yang sangat jauh menuju sel telur pujaan. Tidak bisa dipungkiri, setiap individu sudah dibekali dengan mental juara (mental of champion) sejak individu tersebut terbentuk di dalam rahim ibu. Maka dari itu, sadarilah darimana kita berasal agar kita kuat secara mental dalam menghadapi tantangan untuk menjadi pribadi yang lebih baik bahkan yang terbaik. Jangan pernah berkata ‘tidak bisa’ karena yang menjadi pesoalan mendasar adalah bukan ‘bisa atau tidak bisa’ namun ‘mau atau tidak’ kita menikmati tantangan itu.
Namun satu hal yang harus kita sadari terlepas dari kelima hal di atas yaitu, belajar adalah bukan tuntutan atau beban, namun proses ilmiah yang dimulai dari sejak kita lahir hingga meninggal nanti. Hilangkan paradigma belajar itu berat, harus di sekolah, harus di bawah bimbingan guru, harus bergelut dengan teori/rumus, dan lain-lain. Karena seyogyanya, belajar itu adalah seni (art) dan ajang untuk aktualisasi diri (self-actualization), maka mulailah merintis belajar menyenangkan dari diri kita. Jika kita bukan kita sendiri yang mengubahnya, siapa lagi?
Kak Zae – Bimbel Tridaya Ujung Berung